Exercise Activity : The Autism (Part 20)

Cerita sebelumnya…

Suasana di waktu yang menjelang siang itu mulai terang. Lalu sesuai dengan permintaan pamannya Lian, aku memindahkan adikku ke sofa dan dia masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Dia masih pingsan karena suasana yang sangat tak memungkinkan, sebelumnya dia dibaringkan dilantai. Pamannya Lian mulai kembali. Dia berkumat-kamit di dekat adikku. Saat itu tiba-tiba saja adikku tersadar, namun keadaannya masih seperti awal dengan muka yang seluruhnya hitam dan kulit yang pucat. Dia terbangun dan terbelatak melihat aku didepannya. Pandangan yang kosong sangat terlihat di wajahnya.

“Ab…braham!” Ucap adikku dengan suara wanita dewasa.

Aku yakin adikku saat ini masih kerasukan dan aku seperti mengenal suaranya. Tiba-tiba muka adikku berkaca-kaca dan mulai menangis.

“Hiksss…aaa!!”

“Siapa sebenarnya anda?” Tanyaku.

Pamannya Lian menghampiri adikku yang sedang kerasukan.

“Abraham…ini ibu nak!” Jawabnya sambil menatapku.

Sontak saja aku terkejut dan pantas saja aku mengenal suaranya.

“Benarkah ini ibu? Tapi bagaimana bisa?” Ucapku dan tanpa disadari mataku mulai berkaca-kaca.

“Tolong jelaskan sebenarnya apa yang telah terjadi pada anda?” Tanya pamannya Lian pada adikku. Adikku terbangun dari keadaan terbaring lalu dia menatap mataku.

“Ibu akan menceritakan bagaimana bisa begini.” Ucapnya.

“Saat Sabtu sore kemarin ibu pergi ke rumah sakit untuk membeli obat Ais. Sesampainya dirumah sakit, yang ibu tahu mulut ibu dibekap dan tangan ibu dicengkram kuat oleh dokternya Ais. Lalu ibu ditarik kuat ke dalam gudang. Tapi ibu disana tidak melihat apa-apa karena mata ibu ditutup oleh kain dan ibu hanya bisa mendengar suara saja. Ibu mendengar dokternya Ais berbicara. Ibu tahu itu dia karena ibu sudah hapal dengan suaranya. Yang ibu ingat, dia berkata “kau membuat semua usahaku sia-sia. Aku telah mengerahkan semua upaya ku dari mulai uang hingga hal musyrik seperti ini. Dukun ku kerahkan adikku agar dapat kursi di DPR, tapi kenapa kau yang mendapatnya bukan adikku.” Ucap si dokter yang ibu dengar. Setelah itu ibu tidak mendengar lagi dan tidak tahu apa yang dia lakukan. Tapi ibu menyadari bahwa ibu telah dibunuh olehnya. Saat itu ujan sedang deras sehingga dia dapat dengan mudah membunuh ibu karena tak dapat didengar orang. Karena kematian ibu yang tak wajar ini membuat ibu menjadi tak tenang. Ibu mencoba untuk menghubungi siapa pun tapi tak bisa. Satu-satunya jalan yaitu Ais.” Jelas ibuku melalui raga adikku.

Aku terkejut dan tidak dapat mempercayai ini. Aku menangis sejadi-jadinya dan tak kuat dengan semua ini.

“Itulah kenapa Ais bertingkah aneh akhir-akhir ini.”

“Benar. Kau sepertinya belum menyadari keistimewaan adikmu. Dia memiliki ikatan batin yang kuat dengan ibu, dan saat itu ibu terbunuh. Ibu dapat merasakan terputusnya ikatan itu dan terdengar jeritannya.”

Aku langsung teringat saat kejadian dimana aku membenarkan sikring listrik dan adikku tiba-tiba menjerit tanpa alasan yang jelas, jadi itu karenanya.

“Ibu mencoba untuk membuatku menyadari bahwa ibu sudah bukan manusia. Saat minggu pagi ibu berikan sarapan, tapi itu bukanlah makanan sesungguhnya. Itulah kenapa adikmu membuang-buangnya.” Jelas ibuku lagi.

Sontak saja aku benar-benar terkejut atas semua penjelasannya.

“Lalu kenapa aku bisa mendapat gangguan-gangguan aneh? Apa itu ulah ibu juga?” Tanyaku.

“Bukan, itu hal wajar ketika kau mendapat gangguan gaib otomatis semua yang disekitarnya ikut.” Jawab pamannya Lian.

“Dan dimana jasad ibu jika sudah mati?” Kali ini aku benar-benar tak karuan setelah mendengar semua penjelasan ibu melalui mulut dan raga adikku.

Kulihat ibu memandangiku dan wajahnya terlihat sangat sedih.

“Jasad ibu ada diii…”

Ada dimanakah jasadnya? Yuk ikutin cerita selanjutnya 👇

Cerita selanjutnya…

Tinggalkan komentar